Jumat, 25 Mei 2012

Mencermati Madu untuk Bayi

Siapa yang tidak mengenal madu?
Bahan makanan cair dan pekat yang sangat manis ini sejak dulu memang sudah dikenal serta terbukti khasiatnya untuk pengobatan maupun kecantikan. Tapi tahukah anda, dibalik banyak manfaat tersebut, ternyata madu memiliki potensi yang kurang baik bagi tubuh.
Seperti dikutip juga dari laman Live Strong, madu murni berpotensi memicu reaksi alergi atau keracunan makanan seperti kram perut, diare, mual, muntah dan demam. Mengapa demikian?
Karena madu murni tidak melewati tahap pasteurisasi sehingga spora dan serbuk sari berpotensi tumbuh di dalamnya. Seperti yang kita ketahui, madu merupakan zat manis pekat yang diproduksi oleh lebah, salah satu jenis serangga pemakan nektar bunga dan serbuk sari.
Berdasarkan penelitian secara klinis, mengatakan bahwa pemberian madu pada bayi usia dibawah satu tahun dapat beresiko terserang penyakit Botulisme (Saeuglingsbotulismus).
Botulisme adalah keadaan dimana tubuh mengalami keracunan toksin yang diproduksi oleh bakteri Clostridium Botulinum. Bakteri ini memproduksi zat beracun yang sangat kuat dan dapat menyebabkan kerusakan saraf dan otot. Madu tersebut bisa saja mengandung spora dari bakteri ini.
Bayi dibawah satu tahun sangat tidak disarankan mengkonsumsi madu, karena pada sistem pencernaan bayi yang belum sempurna akan sangat rentan terserang botulisme. Spora Clostridium Botulinum dalam usus dan menghasilkan racun. Bayi yang menderita botulisme akan mengalami gangguan seperti :
Konstipasi (sulit buang air besar).
Kelemahan otot mulai dari wajah dan kepala akibat adanya kerusakan sistem saraf.
Bayi akan mengalami kesulitan makan dan menelan.
Bayi akan menangis dan lama kelamaan menjadi lemah.
Bayi tidak dapat menghisap dan kehilangan ekspresi di wajahnya.
Sebagian besar juga mengalami masalah pernafasan (sesak napas).
Meski kasusnya jarang, tetapi penyakit tersebut berakibat serius. Risikonya tidak sebanding dengan manfaatnya," kata Sam Montel, ahli nutrisi dari Food Standards Agency. Peringatan akan bahaya madu untuk bayi itu kembali disampaikan para ahli dari The Food Standards Agency, Inggris, setelah terjadinya tiga kasus penyakit botulisme tahun lalu. Sebelumnya dalam kurun waktu 30 tahun hanya terdapat 11 laporan penyakit botulisme. Pada anak yang lebih tua dan dewasa kasus ini tak akan muncul, hal ini kemungkinan karena pada usia tersebut sudah terbentuk Darmflora yang lebih stabil. Namun peringatan ini tidak berlaku pada makanan jadi yang terkandung madu di dalamnya, karena proses pemanasan biasanya telah mematikan si bakteri penyebab penyakit.
National Institutes of Health merekomendasikan agar mengonsumsi madu yang telah dipasteurisasi untuk mencegah efek buruk. Pada anak usia di bawah satu tahun efek alergi bisa lebih serius. 
Oleh sebab itu, berikanlah makanan yang tepat pada umur yang tepat. Usia bayi 0-6 bulan cukup diberikan ASI eksklusif saja. Karena semua asupan gizi yang bayi butuhkan sudah terpenuhi hanya dengan pemberian ASI. Ketika usia bayi menginjak di atas 6 bulan, berikanlah MPASI (makanan pendamping air susu ibu) tetapi hindari penambahan pemanis apapun pada MPASI, bahkan madu sekalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar